...
Selasa, 07 April 2020 | kategori : Demak | Dinperpusar
Belajar Dari Sejarah Menangani Wabah Global dari Pandemi Flu Spanyol 1918

Demak, 7 April 2020. Sampai HariSelasa, 7 April 2020, jumlah pasien positif virus corona atau Covid-19 di Indonesia bertambah 2,491 kasus, 192 pasien sembuh dan 209 meninggal. Sedangkan di seluruh dunia, angka infeksi Covid-19 mencapai 1,136,851 kasus di 209 Negara. (Sumber: https://www.covid19.go.id/)

Pandemi corona ini mengingatkan kembali pada pandemi flu paling parah dalam sejarah di dunia tahun 1918. Influenza 1918 disebabkan oleh virus H1N1 dengan gen asal burung. Meskipun tidak ada konsensus universal mengenai dari mana virus itu berasal, ia menyebar ke seluruh dunia selama 1918-1919.

Di Amerika Serikat, pertama kali diidentifikasi pada personel militer pada musim semi 1918. Diperkirakan sekitar 500 juta orang atau sepertiga populasi dunia terinfeksi virus ini. Jumlah kematian diperkirakan setidaknya 50 juta di seluruh dunia dengan sekitar 675.000 terjadi di Amerika Serikat.

Pandemi flu yang dikenal sebagai Flu Spanyol tahun 1918 adalah tonggak yang memberikan kesempatan para ilmuwan melakukan upaya kolaboratif mempersiapkan pandemi kontemporer, seperti pandemi H1N1 tahun 2009, dan tentu virus corona atau covid-19 saat ini.

Tingkat keparahan virus flu 1918 tersebut membingungkan para peneliti selama beberapa dekade dan menimbulkan beberapa pertanyaan, seperti “Mengapa virus 1918 begitu mematikan?”, “Dari mana asal virus itu?”, Dan “Apa yang dapat dipelajari komunitas kesehatan masyarakat dari tahun 1918 virus agar lebih siap dan bertahan melawan pandemi di masa depan?”

Berikut ini adalah catatan sejarah upaya-upaya ini, lengkap dengan referensi dan deskripsi kontribusi yang dibuat oleh semua pria dan wanita luar biasa yang terlibat:

[gallery masonry="true" ids="6819,6820,6821,6822,6823,6824"]

Wabah influenza yang merebak pada 1918 itu bukanlah penyakit flu biasa. Nama Flu Spanyol berasal dari pemberitaan gencar media massa Spanyol selama pandemi terjadi. Penyebab utama flu ini adalah virus influenza tipe A subtipe H1N1. Varian virus tersebut jauh lebih berbahaya dibanding virus influenza musiman yang sudah diketahui saat itu. Virus ini bahkan lebih mengancam karena mudah menular melalui udara sehingga bisa merebak ke wilayah yang luas dalam waktu singkat.

Priyanto Wibowo, dkk dalam buku Yang Terlupakan: Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda (2009) dikutip dari Tirto mencatat, ketika pandemi terjadi, populasi dunia diperkirakan 1,7 miliar orang dan 60 persennya terjangkit virus ini. Perang Dunia I juga berkontribusi besar bagi penyebaran virus ini dengan amat cepat karena mobilisasi tentara dan penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya. Yang mengherankan, korban pandemi ini paling banyak berasal dari rentang umur 20-40 tahun—usia saat imunitas semestinya dalam kondisi prima.

Perkiraan jumlah pasien yang tewas akibat pandemi influenza ini pun bervariasi. Dalam kurun Maret 1918-September 1919, ada yang menyebut 21 juta hingga kisaran 50-100 juta jiwa tewas akibat Flu Spanyol di seluruh dunia. Wabah Flu Spanyol merambah Hindia Belanda sejak gelombang pertama pandemi. Virus diduga dibawa oleh imigran Cina yang berlayar ke Hindia Belanda melalui Hongkong.   Pada April 1918 konsul Belanda di Singapura bersurat kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda agar tidak menerima kapal-kapal dari Hongkong berlabuh di Batavia.

Sebelumnya, konsul Belanda di Singapura itu telah menerima peringatan dari otoritas Inggris di Hongkong. Hindia Belanda pun sebenarnya punya Peraturan Karantina Sayangnya, peringatan itu tidak mendapat perhatian yang semestinya dari pemerintah kolonial. Maka itu protokol karantina juga tidak berjalan efektif. Kapal-kapal dari luar negeri tetap bebas berlabuh di pelabuhan-pelabuhan Hindia Belanda. Begitu pun penumpangnya diperbolehkan masuk kota sebagaimana biasa. Akibatnya, Hindia Belanda mesti berhadapan dengan epidemi yang mematikan tiga bulan kemudian.

Bahkan menurut beberapa riset, tidak ada upaya protokoler untuk mencegah wabah itu hingga satu tahun setelah menjangkiti Hindia Belanda. Hal ini berdampak pada jutaan korban yang berjatuhan. Pewarta Soerabaia seperti dikutip Historia menyebutkan, hingga 23 November 1918, jumlah korban meninggal akibat berbagai wabah penyakit di Indonesia mencapai 1,5 juta jiwa dan mayoritas adalah korban Flu Spanyol. Sementara menurut Colin Brown dalam The Influenza Pandemic of 1918 in Indonesia, korban Flu Spanyol di Indonesia sebanyak 1,5 juta jiwa. Pada gelombang pertama, virus tersebut menyerang penduduk di Jawa dan Sumatera pada Juli-September 1918. Sedangkan gelombang kedua, virus itu menyerang wilayah timur Hindia-Belanda pada Oktober-Desember 1918.

 

Diunggah Admin: 2020-04-07