...
Sejarah Singkat Wedang Jamu Coro Minuman Khas Demak

DEMAK - Minuman wedang Jamu Coro ditemukan sekitar akhir abad ke limabelas, oleh Ki Ageng Kakibalar (Abdi dalem Sultan Trenggono). Beliau berusia serratus dua puluh lima tahun, setelah kerajaan Demak terjadi perselisihan beliau keluar dari kerajaan dan mengabdi kepada masyarakat. Mengab di masyarakat dengan menolong sesama hal itu diwujudkan menggunakan resep ramuan minuman wedang jamu coro

Ki ageng Kakibalar menetap di desa Rejosari tepatnya di dukuh Tegalsari. Estafet menolong sesama (melalui media wedang) diteruskan putranya ki Ageng Joyo Dharmo yang saat itu berumur serratus tahun tepatnya pada abad 17. Keberlanjutan wedang jamu coro oleh putranya Ki Ageng Nggodrono bersama istrinya Nyai Santri pada abad 18.

Setelah Ki Ageng Kakibalar wafat dilanjutkan oleh putri tunggal Nyai Pasirah, di era Nyai Pasirah abad 19. Pekembangannya wedang Jamu Coro dimodifikasi menjadi jamuan masyarakat. Beliau memiliki keponakan Ki Ageng Saliyam dan Ki Ageng Lasiman tepatnya ketika akhir penjajahan Belanda hingga penjajahan Jepang. Secara turun temurun mbah Saliyam mendidik anaknya mencari nafkah dengan media berjualan minuman wedang jamu coro dan ceglung.

Kiswato sebagai ketua paguyuban jamu coro di Rejosari mengungkapkan “ Wedang jamu coro yang hingga kini masih dijumpaindi desa Rejosari seratus UMKM penjual jamu coro bahkan digemari oleh kaum adam. Hingga kini di dukuh Tegalsari desa Rejosari akan dibangun gapura sentra jamu coro dan wedang jamu coro telah tercatat WBTB (Warisan Budaya Tak Benda) di Dindikbud dejak tajun 2021. Mari cintai dan gemari kuliner Demak utamanya wedang jamu coro”, pungkas beliau. (Dinpar/Eza)