...
Sejarah Mbah Panji Kusumo Bungo Wedung

DEMAK - Masyarakat desa Bungo, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Warga yang tinggal di pesisir Demak itu, mewujudkannya dengan menggelar kirab Budaya Panji Kusumo.
Tradisi Kirab Budaya Panji Kusumo ini dengan mengarak hasil bumi dari Balai Desa menuju makam Mbah Panji Kusumo atau sekitar satu kilometer. Beberapa gunungan berupa tanaman hortikultura dan padi itu di arak keliling desa di iringi sejumlah tokoh desa yang mengenakan busana adat jawa.
Mbah Panji Kusumo merupakan tokoh yang diyakini sebagai pendiri Desa Bungo, serta cikal bakal penduduknya. Berdasarkan cerita turun-temurun masyarakat Panji Kusumo diyakini sebagai sosok pangeran asal Kediri. Dia hidup di era kewalian atau sekitar tahun 1500 Masehi.

“Sejarah legenda yang berkembang di masyarakat, Mbah Panji itu putra dari raja Kediri, yang melakukan topobrata di daerah yang berbau minyak wangi, Kemudian Panji Kusumo berusaha menjadikan wilayah tersebut sebagai sebuah desa yang saat ini bernama Bungo mambu lengo. Panji Kusumo pun bertapa untuk mendapatkan wangsit.

kepergian Pangeran Panji dari kerajaannya didampingi seorang pembantu kerajaan. Yakni Mbah Dayat yang saat ini makamnya berada di sekitar makam Pangeran Panji. Dalam kepergiannya didampingi penderek keraton Mbah Dayat, Mbah Sapu Jagat”.
Ada juga versi lain menyebutkan bahwa Panji merupakan murid dari Sunan Kalijaga yang sangat akrab. Panji diminta mendirikan desa oleh Sunan Kalijaga. Selain diyakini berkah bagi para pejabat yang ingin maju pemilu, sosok Mbah Panji Kusumo dekat dengan masyarakat setempat. Ia menyebut bahkan nelayan pun kerap menyebut nama Mbah Panji saat kesusahan terombang-ambing di tengah laut.

“Salah satu karomahnya itu, nelayan itu sering meminta pertolongan atas barokahnya Mbah Panji. ‘Tulungi Mbah putune’, terus selamat,” ujarnya.

Haul Panji kusumo di laksanakan setiap bulan apit pada hari rabu legi, dan kirab dilaksanakan satu hari sebelumnya. Tradisi ini dilakukan guna menghormati jasa besar beliau sebagai pendiri dan berjasa besar terhadap desa Bungo. (dinparta)